Faith - Hope - Love

09 December 2009

Natal, Tinjauan Teologis dan Spiritualitas

A. Istilah Natal di Berbagai Tempat

Dalam liturgi Romawi dan Ambrosiana, perayaan ini disebut “Natalis domini nostril Jesu Christi”. Liturgi Gallia dan Spanyol Antik menyebutnya “dies nativitas Domini Jesu Christi”. Nissale Romanum 1570 dan 1970 menyebutnya Nativitas Domini. Dalam berbagai bahasa disebut Natale (Itali), Navidad (Spanyol), Noel (Perancis). Orang jerman menyebutnya Weihnacthen (=malam kudus), orang Inggris dan Belanda menyebutnya Christmas dan Kersmis (=misa Kristus)

B. Yesus lahir tanggal 25 Desember

Tanggal kelahiran Yesus tidak dapat diketahui dengan pasti. Namun pertanyaan tentang kelahiran Yesus telah berusaha dijawab sejak awal Gereja. Ignatius dari Antiokhia berpendapat bahwa Yesus lahir sekitar musim semi. Klemens dari Alexandria menduga bahwa tanggal 20 Mei merupakan tanggal kelahiran Yesus. Ada pula yang mengatakan tanggal kelahirannya sama dengan kematiannya (14 nisan). Dalam Kitab Suci, kita tidak akan menemukan tanggal, bulan, dalan kelahiran Yesus. Kitab Suci hanya mengungkapkan bahwa Yesus lahir ketika Herodes menjadi raja di Yudea (Mat 2:1), pada waktu Kaisar Agustus mengeluarkan perintah mendaftarkan semua orang di seluruh dunia (Luk 2:1), dan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria (Luk 2:2).
Tanggal 25 Desember sebenarnya tanggal yang diambil oleh Gereja dari perayaan kafir bangsa Romawi, Hari kelahiran Dewa Matahari yang tak terkalahkan (Dies Natalis Solis Invicti). Pergantian ini dimaksudkan agar Gereja yang masih muda tidak merayakan pesta kafir itu. Yesus kemudian disebut sebagai Matahari Sejati. Perayaan Natal 25 Desember dirayakan pertama kali sekitar tahun 336 di Roma, yang kemudian berkembang di Afrika Selatan (seperti dicatat oleh Agustinus Hippo), tak lama kemudian ia juga dibawa ke daerah Italia Utara dan Spanyol (sekitar tahun 380). Santo Leo Agung kemudian meresmikan perayaan Natal ini sebagai kesempatan emas untuk memperteguhkan iman akan misteri Allah.

C. Liturgi Perayaan Natal 25 Desember

Tradisi Romawi menyebutkan bahwa setiap imam dapat merayakan tiga Misa pada hari Natal. Misa itu adalah misa tengah malam (missa in nocte), misa fajar (missa in aurora), dan misa siang (missa in die). Sejarah ketiga misa itu dapat dikatakan bahwa pada abad ke-4 dilaksanakan perayaan Natal pertama yang dipimpin oleh Paus di gereja S. Petrus sekitar jam 09.00. Sekitar abad ke-5 perayaan itu ditambah satu misa lagi yang dilaksanakan pada waktu tengah malam (Misa Tengah Malam, tanggal 24 desember), di Basilika St. Maria Maggiore, disebuah kapel yang menggantikan gua Betlehem tempat Yesus dilahirkan. Kiranya perayaan ini diinspirasikan oleh kebiasaan orang Kristen Yerusalem yang merayakan sebuah misa di dalam gereja yang dibangun di atas gua tempat Kristus dilahirkan di Betlehem. Sekitar abad ke-6, misa yang ketiga dilahirkan. Misa tersebut dirayakan di Gereja S. Anastasia yang terletak di antara Gereja Lateran dan Basilika St. Petrus. Pesta St. Anastasia ini jatuh pada tanggal 25 desember, dan sangat mungin bahwa paus merayakan misa secara pribadi untuk sang santa. Begitulah kiranya misa tersebut masuk ke dalam liturgy kepausan dan dari sana menyebar ke mana-mana.
Bacaan dan teks liturgy menunjukkan bahwa perayaan Natal 25 desember dirayakan sebagai sebuah pesta penyelamatan dengan tetap menempatkan Misteri Paskah dalam ekspresi liturginya.
Misale 1970 tetap mempertahankan kebiasaan itu dengan pengaturan sebagai berikut:
Misa malam, diwarnai terutama oleh perikop Injil tentang kelahiran Yesus di Betlehem. Tema sentralnya ditekankan juga dalam Alleluya: “Kabar sukacita dan kesukaan bagi dunia: hari inilahir penyelamat kita, Kristus Tuhan”.
Misa fajar (misa para gembala), merujuk pada perikop injil Luk 2:15-20. Ekaristi memperingati perjumpaan sederhana namun mengesankan antara gembala dengan kanak-kanak Yesus di palingan.
Misa siang, mengandung tema Yoh 1:1-18. Ekaristi ini adalah ekaristi puncak. Di dalamnya direnungkan dan dirayakan inkarnasi Yesus Kristus “Sabda telah menjadi daging”.

D. Teologi Liturgi Perayaan Natal

Inkarnasi adalah tema sentral perayaan Natal. Ada tiga tekanan tema inkarnasi yang dirayakan:
Natal sebagai misteri keselamatan: Natal berbicara tentang misteri kelahiran Yesus, “sacramentum nativitalis Christi”, untuk menunjukkan nilai yang mneyelamatkan dari peristiwa itu sehingga Gereja dewasa ini dapat dihayati sebagai peristiwa yang terus menerus baru.
Natal sebagai peristiwa persilangan kodrat ilahi dan kodrat manusiawi: Allah menjadi manusia supaya manusia dapat menjadi putera Allah. Hal ini merupakan inisaiatif Allah demi penyelamatan manusia dalam diri Kristus. Santo Irenius dari Lyon mengatakan “Sabda Allah menjadi manusia, dan Putera Allah menjadi Putera Manusia; jadi manusia dipersatukan pada Sabda Allah, diadopsi menjadi Putera Allah”.
Natal memiliki kaitan dengan Misteri Paskah: Seluruh perayaan liturgi berpuncak pada Misteri Paskah. Baik natal dan Paskah memiliki dasar yang sama, yakni perayaan penebusan umat manusia. Natal dipandang sebagai karya penebusan, dan Paskah dipandang sebagai perayaan kekuatan penebusan.

E. Apa yang Harus dilakukan?

Natal bukanlah sekedar menonjolkan aspek kemiskinan dan kerendahan Tuhan. Misteri natal juga bukan melulu penonjolan aspek kegembiraan tanpa dasar dan batas. Lebih daripada itu, misteri natal perlu didasari sebagai penganugerahan keserupaan dengan Allah. Allah tidak berada “di luar” diri manusia, karena Kristus. Ia adalah cinta, kesederhanaan, ketaatan, kerendahhatian, kesucian, dan segala sesuatu yang baik.
Demikianlah seperti perkataan Santo Leo Agung, kita diajak untuk semakin menolak cara dan semangat hidup yang lama. Kita barulah merasakan kegembiraan Natal jika kita menyadari kelemahan diri dan penebusan yang dating dari Allah.


Sumber: Duta

Comments :

0 komentar to “Natal, Tinjauan Teologis dan Spiritualitas”

Post a Comment

Copyright © 2009 by Widi Agung "Tekek" Nugroho

Template by Blog Templste 4 U | Edited By Free Download