Faith - Hope - Love

12 October 2009

Penghormatan kepada Bunda Maria

Mengapa Katolik menghormati Maria?

Umat Katolik menempatkan Maria sebagai tokoh khusus dikalangan para kudus dan mendapat penghormatan yang istimewa dalam Gereja Katolik. Penghormatan ini dilakukan karena Maria adalah ibu Yesus (Luk 2:6-7),Maria mengandung bukan dari Yusuf tetapi dari Roh Kudus (Mat 1:18-25), Maria penuh rahmat (Luk 1:28,30), sangat setia pada Allah (LUk 1:38), dan Maria sangat istimewa di dalam hidup Yesus (Yoh 19:27).
Maria menjadi teladan bagi umat katolik. Umat Katolik, yang juga percaya bahwa Maria pada akhir hidupNya telah diangkat ke dalam kemuliaan surgawi dengan jiwa dan raganya. Sebelum wafat di salib Yesus mengatakan kepada murid kesayanganNya sekaligus mengingatkan seluruh umat Kristiani, “inilah Ibumu.” (Yoh 19:27)

Mengapa bulan Mei dan Oktober sebagai Bulan Maria?
Menurut tradisi Gereja, bulan Mei dan Oktober dikhususkan untuk menghormati Bunda Maria dengan berdoa Rosario setiap hari. Tradisi bulan Mei sebagai bulan Maria sudah dimulai sejak abad pertengahan. Pada awalnya, orang-orang kafir di Italia dan Jerman sudah mempunyai kebiasaan untuk menghormati dewa-dewi setiap bulan Mei. Ketika mereka menjadi Kristen, kebiasaan bulan Mei itu tetap dilanjutkan, tetapi bentuk penghormatannya diganti, bukan kepad dewa-dewi, melainkan kepada bunda Maria. Dalam perkembangannya, Paus Paulus VI (1962-1978) pada tanggal 1 Mei 1965 dengan ensiklik Marialis Cultus menegaskan bahwa penghormatan kepada Bunda Maria pada bulan Mei merupakan kebiasaan yang amat bernilai

Sejarah Perkembangan Penghormatan terhadap Maria
Abad-abad pertama, Maria belum dihormati seperti sekarang. Orang-orang kudus dihormati sebab berkaitan dengan Markus 8:34 dan Luk 14:27; hanya para martir dan rasul yang dihormati karena mengikuti Yesus dalam kematiannya. Tapi, dengan merenungkan peranan Kristus sebagai adam baru, sejak abad II Maria dipandag sebagai hawa baru yang ikut membawa keselamatan karena taat pada kehendak Allah. Hawa ditipu oleh ucapan malaikat yang jahat, sehingga ia tidak taat kepada perintah Allah dan karenanya membawa kematian. Sedangkan Ibu Maria perawan yang setia, memperhatikan perkataan Malaikat perkataan Malaikat dengan baik dan karenanya melahirkan sumber keidupan bagi dunia dengan prsetujuanNya. Maka Maria digelari “hawa baru”, demikian santo Justinus mengatakan. Pada jaman santo Hieronimus dirumuskan: “kematian melalui hawa dan kehidupan melalui Maria”. Mulai abad ke-5 dirayakan beberapa pesta Santa Maria. Dan abad ke-6, di gereja-gereja Timur, lagu dan pujian mulai disusun dan gambar Maria mulai dilukis.
Sejak abad ke-14, para teolog, sastrawan, seniman, dan seluruh umat berlomba memuji Maria dan mengharapkan pertolongan melalui perantaraanNya. Timbullah devosi populer seperti sekarang ini, seperti Rosario, doa Angelus Dei, dan ziarah. Kadang-kadang cara penghormatan ini melampaui batas yang sehat dan rumusan pujian lebih puitis daripada teologis. Martin Luther (perintis Gereja Protestan Lutheran asal Jerman) mengecam car-cara ini dan menolak perantaraan Maria (seperti semua orang kudus lain) karena katanya mengecilkan perantaraan Kristus sebagai satu-satunya perantara antara Allah dan manusia (1 Tim 2:5). Di lain pihak, Luther mengormati Maria dan memujinya, misalnya dalam tafsiran tentang magnificat. Mak kontra reformasi membela serta mendorong penghormatan Bunda Maria sebagai khas Katolik karena di kalangan Protestan, Maria dan peranannya semakin ditinggalkan. Antara pertengahan abad ke-19 sampai Konsili Vatikan II, para teolog dan umat memperlihatkan devosi yang besar kepada Maria, antara lain tampak dalam pernyatan-pernyataan dogma tentang Maria (1854 dan 1950). Timbul juga tempat-tempat ziarah yang menarik ratusan orang seperti La Slette (1846), Lourdes (1855), dan Fatima (1917).

Devosi Maria
Devosi kepada Maria adalah kebaktian dalam bentuk doa tau perlakuan khusus (sikap) kepada Perawan Maria. Devosi sifatnya sekunder terhadap liturgi resmi Gereja. Tempatnya ada dalam “Cultus Privatus” (ibadat khusus) yang dianjurkan Gereja. Sedangkan tujuan akhir devosi adalah Allah. Gereja menggariskan, ibadat menghormati Maria secara hakiki berbeda dengan ibadat kepada Allah. Penghormatan kepada Maria tidak pernah menjadi tujuan akhir. Tujuan ibadat itu selalu melampaui dan mengatasi Perawan Maria Suci sendiri, yakni memuliakan dan meluhurkan Allah yang menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus. Karena itu tata peribadatan kepada Maria tidak boleh menggeserkan fungsi dan peranan Yesus sebagai perantara.
Devosi kepada Maria adalah jawaban orang beriman atas peranan Maria dalam rencana keselamatan Ilahi. Salah satu ungkapan adalah percaya pada penghormatan dalam syukur, hormat, dan permohonan seperti tampak dalam pesta-pesta Maria. Devosi Maria dibela oleh Konsili Nicea II (787) yang mengizinkan gambaran/patung boleh menjadi sarana menghormati dia yang digambarkan, misalnya: rosariao, Ave Maria, sekapulir, Legio Mariae, dll).
Dasar teologis untuk penghormatan yang sehat adalah konsili Vatikan II (GS 52-69) dan surat Apostolik “Marialis Cultus” (1974). “Memohon sesuatu dengan perantaraan seseorang apalagi yang kudus khususnya Maria berdasarkan iman Kristiani bahwa mereka yang kini sudah hidup bersama Kristus di bumi ini”. Salah satu pokok devosi adalah Maria tidak boleh disembah dan dihormati seperti Kristus dan Allah yang disembah. Sebab Maria tetap hanya manusia yang juga ditebus Kristus sejak saat Ia dikandung dalam ibuNya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa praktek kesalehan dan ibadat khusus kepada Perawan Maria hendaknya memiliki dasar biblis, bercorak luturgis, dan memperhatikan aspek ekumenis dan memperhatikan dimensi antropologis.
Dalam Alkitab ditegaskan bahwa tentang tanggapan khusus keberadaan Maria. Elizabet memujinya karena percaya akan kehendak Tuhan yang disampaikan melalui pesan Malaikat (Luk 1:45) dan karenanya akan dipuji segala angkatan (Luk 1:48). Maka selayaknyalah kita turut memuji Bunda Maria dalam devosi kita. Dikatakan bahwa Yesus hidup bersama Maria kira-kira 30 tahun. Waktu menjadi jelas bahwa misinya kepada bangsa Israel ditolak. Yesus mengurbankan diri di kayu salib untuk Israel baru. Maria mewakili Israel baru itu di jalan yang dilewati Yesus dengan salibNya dan di bukit Golgota (Yoh 19:25-27). Sewaktu umat baru ini berkumpul untuk mendoakan dan menantikan Roh Kudus, Maria berada di tengah-tengah umat Kristen pertama pada hari pentakosta yang menjadi hari kelahiran gereja (Kis 1:14, 2:1-4).
Sikap devosional yang tidak tepat telah memunculkan tudingan bahwa orang Katolik menyembah Maria. Memang diakui bahwa dalam beberapa praktek orang Katolik, Bunda Maria dipuja, dan disembah sebagai sumber pemberi keselamatan dengan sedemikian rupa. Bahkan dianggap sebagai “jimat” yang jitu dalam memberi penghiburan rohani. Kita memang sulit menilai mana semangat devosional yang otentik dan mana yang palsu. Kita hanya dapat mengatakan bahwa yang otentik senantiasa menempatkan Maria dalam kerangka penyelamatan putranya Yesus Kristus.
Devosi kepada Santa Perawan Maria seharusnya mengalir dari roh liturgi resmi Gereja. Apabila devosi lepas dari itu, dikuatirkan akan memunculkan budaya ‘Marianisme”. Tapi jika kita mengindahkan hakekat dan bobot liturgy dalam praktek devosi, kita kan terhindar dari bentuk devosi yang berakar dari perasaan religious yang berlebihan dan emosional belaka.

Maria diangkat ke Surga
Ada berita kuno mengatakan, Maria ikut rasul Yohanes dan meninggal di dekat Efesus (tempat Yohanes berkarya). Dalam suatu penglihatan di Jerman, Anna Katharina Emmerik (1772-1824) melihat puing rumah Yohanes di Efesus, turki. Tempatnya terletak pad suatu bukit 3 jam perjalanan di luar kota. Penggalian di tempat itu pada tahun 1891 menemukan pondasi abad I yang pada abad VI sudah diubah menjadi kapel Maria. Tempat itu dihormati orang Kristen dan Muslim.
Berita kuno lain menguatkan tradisi bahwa Maria meninggal di Yerusalem dekat kebun Zaitun dan dimakamkan. Namun, menurut legenda, semua rasul berkumpul di kamar Maria waktu ia meninggal (peristiwa ini ditetapkan Sana brigita dengan membuat tasbih Santa Brigita). Santa Brigita (1300-1373) adalah orang suci dari Swidia. Salah satu dari kedelapan anaknya adalah Santa Katarina. Tasbihnya terdiri dari 63 butir atau 63 kali salam Maria. Setelah 7 kali Salam Maria lalu diselingi doa Aku Percaya. Mengapa 63? Menurut cerita, Santa Maria meninggal pada usia 63 tahun dan melihat pengangkatannya ke surga (yang menjadi dogma ke-4 Gereja dan diimani oleh semua umat Katolik, bahkan menjadi peristiwa Mulia ke-4 dalam doa Rosario). Tidak dikatakan bahwa Maria tidak meninggal, tetapi jelas tubuh Maria tidak membusuk. Isi dogma ini tidak terdapat secara eksplisit dalam Alkitab. Api Gereja di bawah bimbingan Roh Kudus yakin bahwa janji mengenai kebangkitan badan semua orang beriman dan persatuan mereka dengan Sang Penyelamat yang bangkit sudah dipenuhi Bunda Maria yang melahirkanNya sebagai manusia dan merupakan muridNya yang setia sampai akhir (di bukit Golgota dan hari pentakosta pertama).

Yang terbesar atau yang tertua?
Doa Bapa kami adalah doa yang terbesar dan diajarkan oleh Kristus endiri. Tetapi yang tertua adalah doa salam Maria yang diambil dari sapaan malaikat Gabriel kepada Maria ketika menyampaikan kabar suka cita. Bagian kedua doa Salam Maria (yang dimulai dari “Santa Maria….”) diubah oleh St. Cyrilus pada tahun 1451.


Sumber:
- Duta: Apa yang Anda Ketahuai tentang Maria?
- Teologi Sistematika 2

Comments :

0 komentar to “Penghormatan kepada Bunda Maria”

Post a Comment

Copyright © 2009 by Widi Agung "Tekek" Nugroho

Template by Blog Templste 4 U | Edited By Free Download