Faith - Hope - Love

06 May 2009

Pemahaman Dasar Devosi Bunda Maria

Devosi kepada Bunda Maria adalah salah satu dari aneka macam devosi yang muncul di dalam Gereja Katolik. Devosi kepada Bunda Maria telah menjadi kekayaan tradisi Gereja yang cukup memiliki peran dalam hal menghidupkan olah kesalehan dan menggairahkan kehidupan beriman umat. Ada beberapa bentuk ungkapan devosi kepada Bunda Maria. Salah satu bentuk yang boleh dikatakan paling populer adalah doa rosario.
Di dalam kalender liturgi Gereja, terdapat dua bulan yang secara khusus diperuntukkan memberi penghormatan secara khusus kepada Bunda Maria, yaitu bulan Mei dan bulan Oktober. Aktivitas devosi kepada Bunda Maria biasanya cukup marak dilaksanakan pada bulan-bulan ini, baik doa rosario maupun kegiatan ziarah. Tentulah selalu ada umat beriman saleh yang dengan rajin dan tekun tetap melaksanakan aktivitas devosional kepada Bunda Maria pada waktu-waktu lain di luar bulan Mei dan Oktober.
Bukan tidak mungkin akrivitas devosional kepada Bunda Maria yang sangat marak di dalam Gereja Katolik itu bisa mengarah kepada penghayatan yang kurang tepat atau bahkan keliru lantaran kurangnya pemahaman dan pengetahuan yang memadahi tentang hal-hal dasar yang harus diketahui dan dipahami sebagai seorang beriman Katolik yang mau mengungkapkan hormat dan cintanya kepada Bundanya yang tercinta, Maria.
Karena itulah tulisan kecil dan sederhana ini mau mencoba menyajikan uraian singkat tentang beberapa hal mendasar yang kiranya amat penting bahkan harus diketahui agar seseorang dapat melaksanakan olah kesalehannya berupa aktivitas devosional kepada Bunda Maria secara benar. Harapannya, dengan pemahaman yang benar tentang beberapa persoalan yang mendasar ini, seseorang sungguh diantar untuk mencapai penghayatan hidup beriman Katolik yang benar pula.

Beberapa pemahaman penting di seputar devosi kepada Bunda Maria
1. Maria “Bunda Pengantara”
Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara manusia dengan Allah. Namun, di dalam Gereja Katolik terdapat pula pemahaman tentang Bunda Maria sebagai pengantara. Maka, muncullah pemahaman bahwa seolah-olah ada dua pengantara, yaitu Yesus dan Maria. Bagaimana ini harus dijelaskan?
Satu tampilan peristiwa dalam Injil Lukas dapat kita lihat untuk lebih memahami tentang keperantaraan Maria, yaitu peristiwa kabar sukacita (Luk 1:26-38) dan peristiwa kalvari (Luk 23:33-43). Dalam peristiwa Kalvari, Yesus jelas tampil sebagai wakil seluruh umat manusia. Dia mempersembahkan korban demi manusia, menjadi penebus dunia. Kodrat pribadi Yesus sebagai Allah sekaligus manusialah yang memungkinkan peristiwa penebusan ini bisa terjadi. Sebagai yang benar-benar Allah sekaligus benar-benar manusia, Yesus adalah pengantara sempurna antara manusia dengan Allah dan Allah dengan manusia.
Dalam peristiwa kabar sukacita (Luk 1:26-38) ditampilkan Allah yang melalui Malaikat Gabriel memilih Maria untuk mengandung dan melahirkan Yesus yang adalah Putra Allah yang akan menjadi pengantara antara manusia dengan Allah dan Allah dengan manusia. Dalam peristiwa ini Maria tampil sebagai “wakil” umat manusia seluruhnya tanpa kecuali. Sebagai wakil manusia, Maria dengan bebas menyatakan kesepakatannya untuk menjadi “sarana” kehadiran Yesus, Putera Allah ke dunia. Berangkat dari peristiwa ini, Maria berada pada posisi istimewa, yaitu menjadi wakil umat manusia berhadapan dengan rencana keselamatan Allah. Di dalam konteks rencana Allah ini Maria memiliki peran yang “aktif”. Keaktifan peran Maria ditunjukkan dengan jawaban “ya” atas rencana Allah. Jawaban “ya” inilah yang kemudian melahirkan Yesus ke dunia.
Kerelaan Allah untuk memilih Maria sebagai bunda yang melahirkan Yesus dan kesediaan Maria atas pilihan Allah yang diwujudkan dengan jawaban “ya” serta hubungan yang begitu erat dan mesra antara Maria dan Puteranya Yesus inilah yang dapat menempatkan Maria pada posisi yang istimewa, yaitu sebagai “Bunda Pengantara”. Namun, harus ditegaskan bahwa keperantaraan Maria tidaklah sama dengan keperantaraan Kristus sebagai salah satu dari pribadi Allah Tritunggal. Keperantaraan Maria itu tidak pula mengurangi maupun menyumbang sedikit pun untuk keperantaraan Kristus. Keperantaraan Maria adalah keperantaraan yang sejajar dengan keperantaraan para kudus yang lain yang sudah berada di sorga, yaitu dalam arti sebagai “pembantu”, pembicara, penolong, pendoa kaum beriman. Namun demikian Konsili Vatikan II dalam dokumennya Lumen Gentium art. 53 secara khusus menegaskan bahwa karena rahmat istimewa, Bunda Maria adalah manusia yang paling unggul di antara semua manusia atau makhluk lainnya. Karena itulah, dibandingkan dengan orang kudus lain keperantaraan Maria adalah yang paling unggul.

2. Maria “Bunda Gereja”
Teks Yoh 19:26-27 menceriterakan Maria yang berdiri di bawah salib bersama dengan murid yang dikasihi-Nya. Yesus berkata kepada ibu-Nya, “Inilah anakmu”, lalu kepada murid itu, “Inilah ibumu”. Tampaklah dalam peristiwa ini bahwa di tiang penyaliban, Yesus menyatakan keibuan rohani Maria bagi semua orang beriman. Hal ini berarti, Maria mempunyai peranan khusus dalam karya penyelamatan. Murid yang dikasihi Yesus, anggota Gereja, dipercayakan kepada ibu-Nya, Maria. Murid yang dikasihi Yesus adalah lambang Gereja. Dengan demikian Maria adalah ibu orang beriman, ibu Gereja.
Berangkat dari Kis 1:14, setelah peristiwa kenaikan Yesus ke surga, peranan Maria sebagai bunda orang beriman tampak ketika Maria bersama, senasib, bersatu dalam komunitas atau paguyuban rasuli, berada di pihak murid-murid Yesus, yakni Gereja. Ini terjadi sebelum peristiwa Pentekosta. Pada saat penantian ini (penantian kedatangan Roh Kudus), Bunda Maria bersama para murid berdoa bersama. Dalam komunitas rasuli inilah kebundaan Maria tampil. Sebagaimana peran kebundaannya dahulu ketika “mengasuh” Yesus, kini dia mendampingi para muridnya sekaligus tampil menjadi suri teladan bagi para murid Yesus. Karena itulah, pada saat ini, kita sebagai anggota Gereja, dapat menghayati kebundaan Maria sebagai “pengikat” kita di dalam satu keluarga Allah yang sedang berjuang di dunia, berziarah menuju kepada penggenapan janji Kristus yaitu kedatangan-Nya yang kedua pada akhir zaman.

3. Sekilas tentang sejarah doa rosario dan makna doa Salam Maria
Sekilas tentang sejarah doa rosario
Bulan Oktober adalah bulan yang secara khusus ditetapkan oleh Gereja Katolik sebagai bulan Rosario. Doa Rosario sendiri pada awalnya mulai populer pada zaman St. Dominikus yang wafat pada tahun 1221. Kemudian, sebuah peristiwa penting terjadi pada tanggal 7 Oktober 1571, yaitu peristiwa kemenangan orang-orang Kristen dalam perang melawan tentara Islam Turki. Kemenangan diraih berkat doa Rosario sehingga Paus Pius V waktu itu menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai pesta “Bunda Kemenangan” guna mengenang peristiwa kemenangan itu. Baru kemudian tahun 1960 Paus Pius X menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari pesta yang diberi nama “Pesta Bunda Maria Ratu Rosario”
Sampai pada saat ini doa Rosario telah menjadi salah satu bentuk doa yang amat populer di kalangan umat Katolik dan cukup berperanan dalam hal kian memperkokoh kesalehan serta memperdalam iman umat. Dilihat dari susunan doanya, doa Rosario termasuk doa renungan yang mengarah pada permenungan misteri iman yang pokok terutama sehubungan dengan peristiwa keselamatan seperti yang terjadi dalam diri Yesus dan Bunda Maria.

Isi doa Salam Maria
Doa Rosario adalah doa yang disusun sedemikian sehingga menjadi satu rangkaian doa yang utuh. Di dalamnya terdapat doa yang selalu diulang-ulang terutama doa “Salam Maria”. Karena ada doa yang selalu diulang-ulang ini, maka bisa saja orang “terjatuh” pada sekadar mengucapkannya begitu saja secara cepat agar lekas selesai. Isi doa yang terkandung di dalam untaian doa Rosario itu dengan demikian kurang direnungkan secara serius. Kalau demikian yang terjadi, maka jelaslah bahwa doa Rosario akan kehilangan makna sejatinya lantaran isi yang terkandung di dalamnya kurang diresapkan.
Bisa saja terjadi bahwa karena orang kurang memahami makna atau isi yang terkandung di dalamnya terutama doa “Salam Maria” maka muncullah kecenderungan untuk mengucapkannya begitu saja secara cepat ibarat “mantra” yang diucapkan tanpa persiapan. Karena itulah, memahami makna atau isi doa “Salam Maria” menjadi penting agar orang dapat mendoakannya secara serius dan dapat menikmati kekayaan maknanya sehingga bisa berbuah dalam keutamaan-keutamaan keseharian hidup.
Adapun makna doa “Salam Maria” adalah sebagai berikut. Doa ini terdiri atas tiga bagian atau rumusan, yaitu:
“Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, ...” (Luk 1:28)
“...terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus, ...” (Luk 1:42)
“...doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati.” (Kata-kata atau rumusan tambahan dari Gereja)
Penjelasan dari ketiga rumusan tersebut adalah sebagai berikut.

“Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, ...” (Luk 1:28)
Kata-kata ini berasal dari Malaikat Gabriel. Malaikat Gabriel adalah Malaikat Tuhan yang bertugas sebagai penyambung lidah Allah. Karena itu, ketika mendoakan atau mengucapkan kata-kata ini berarti kita mengucapkan kata-kata Tuhan sendiri yang telah disampaikan kepada kita melalui “mulut” Malaikat Gabriel. Karena kata-kata itu berasal dari Allah, maka kata-kata itu adalah suci dan benar serta dapat membawa damai ketika secara sungguh-sungguh kita ucapkan.atau doakan.
Kata “penuh rahmat” secara khusus berarti bahwa Rahmat Allah terdapat di dalam diri Maria secara penuh, tidak sebagian-sebagian. Karena itu, Maria layak disebut sebagai “bejana” yang menampung semua rahmat.
Kata “Tuhan sertamu” memiliki arti bahwa Tuhan menyertai dan masuk di dalam hati. Kuasa Tuhan ada di dalam hati. Tidak hanya di dalam hati Maria, tetapi juga hati manusia seluruhnya. Karena, di dalam peristiwa “kabar gembira” ini, Maria tampil sebagai wakil umat manusia. Karena itulah, dengan kata-kata yang diucapkan kepada Maria ini, Tuhan mau memperkenalkan diri sebagai yang sungguh dekat di dalam hati manusia dan menyertai hidup kita. Tuhan di dalam kita dan kita di dalam Tuhan.

“ ... terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus, ...”
(Luk 1:42)
Kata-kata ini tampak jelas bukan berasal dari imajinasi Elizabet sendiri melainkan menandakan adanya campur tangan Tuhan. Karena, di dalam kata-kata ini terkandung nubuat. Nubuat akan kelahiran “buah rahim” yang adalah Yesus, Putera Allah sendiri. Dengan mengucapkan kata-kata itu, tampaknya Elizabet telah dianugerahi sabda pengetahuan dari Tuhan. Pengetahuan bahwa Maria akan menjadi ibu Tuhan.
Maria dikatakan terpuji dan terberkati di antara wanita. Dikatakan demikian karena Maria telah mendapat karunia Roh dari Tuhan dan Tuhan menyertai dia. Lebih dari itu, Mari juga telah dipilih untuk menjadi “ibu Tuhan”, mengandung dan akan melahirkan Anak Allah. Kenyataan bahwa Roh Tuhan menyertai dan berkuasa atas Maria membawa konsekuensi kekudusan dalam diri Yesus dan serentak juga membawa kekudusan bagi diri Maria sendiri. Sehingga, Maria dapat tampil sebagai “yang tidak bernoda”.
Kata-kata pujian, “...terpujilah buah rahimmu...” tidak bisa tidak adalah kata-kata pujian yang ditujukan kepada Yesus. Yesus adalah Tuhan, Allah Putera. Maka, pujian yang diarahkan kepada Allah Putera dengan sendirinya tertuju pula kepada Allah Tritunggal. Rumusan pujian yang seperti ini dengan demikian telah menjadikan doa Salam Maria menjadi doa yang benar karena di dalamnya ada keterarahan kepada Tuhan sendiri.

“...doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati.”
Kata-kata ini adalah rumusan tambahan yang berasal dari Gereja khususnya dari St. Dominikus. Sebuah kebenaran yang dapat kita tangkap dari rumusan tambahan ini adalah bahwa di dalam kata-kata itu terkandung sebuah pengakuan terhadap Bunda Maria yang berperan sebagai pendoa. Dengan mengatakan, “Doakanlah kami!” maka kita membuka diri dan menyerahkan diri kita kepada Bunda Maria yang kita yakini dan percayai tahu akan apa yang kita perlukan di dalam hidup ini. Terserah kepada Bunda Maria mau berdoa apa untuk kita, yang jelas kita menyerahkan sepenuhnya kepada dia yang mengenal dan lebih tahu akan keperluan kita.

Demikianlah beberapa hal mendasar yang penting untuk diketahui dan dihayati agar seorang beriman dapat melaksanakan aktifitas devosional kepada Bunda Maria secara benar. Jelaslah bahwa uraian yang telah tersaji di atas masih jauh dari lengkap. Dengan kata lain, apa yang sudah diuraikan di atas adalah uraian sederhana dan baru sebagian kecil saja dari banyak kebenaran penting di seputar pribadi Bunda Maria yang dapat diungkap, digali, dan diperdalam. Jelas bukanlah pada tempatnya untuk menguraikan banyak hal di dalam paper sekecil ini.
Namun demikian, penulis berharap bahwa apa yang sudah tersaji secara singkat dan sederhana ini dapat bermanfaat. Gambaran penulis, bahan ini dapat dipergunakan sebagai bahan katekese untuk umat yang diberikan pada kesempatan doa lingkungan, khususnya doa-doa lingkungan yang diadakan dalam bulan Maria atau bulan Rosario. Dalam satu bulan biasanya diadakan 4x pertemuan. Uraian yang singkat dalam paper ini kiranya dapat menjadi bahan yang diberikan di dalam empat pertemuan tersebut.
Dalam rangka katekese pula, usaha yang lebih jauh untuk kian menggali dan memperdalam lagi pemahaman-pemahaman penting di seputar kegiatan devosi kepada Bunda Maria niscaya diandaikan bagi seorang tenaga pastoral yang baik. Sebab, bagi umat, pemahaman yang semakin mendalam tentang pengetahuan iman jelas dapat kian mendukung penghayatannya dalam keseharian hidup secara benar pula. Lebih jauh dari itu, kehidupan iman yang lebih dewasa dan matang pelan-pelan dapat diwujudkan.



Daftar Pustaka
1. Kristiyanto, Eddy, “Maria dalam Gereja”, Kanisius, Yogyakarta, 1987.
2. Harun, Martin, “Maria dalam Perjanjian Baru”, Obor, Jakarta, 1998.
3. “Maria Menolong dalam Panggilan”, Bahan Rekoleksi Bulanan dengan Rm. Kristo Bala, SVD, tanggal 1-2 September 2004.

Comments :

0 komentar to “Pemahaman Dasar Devosi Bunda Maria”

Post a Comment

Copyright © 2009 by Widi Agung "Tekek" Nugroho

Template by Blog Templste 4 U | Edited By Free Download